Quantcast
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6

Menerima Kekalahan

Ada banyak pelatih yang terlihat sulit menerima kekalahan. Di Indonesia malah terkesan sangat biasa dengan mencari kambing hitam. Di kompetisi barat, pelatih sekaliber Sir Alex Ferguson dan Arsene Wenger pun kerap mengumpat wasit ketika kalah.

Saya tak paham tinjauan psikologisnya.

Namun kerap kali pelatih yang uring-uringan ketika kalah adalah mereka yang justru lebih sering berhasil dalam urusan prestasi. Saya tak mengerti apakah ini berarti ada unsur post power syndrome atau memang tak mau berlapang dada menerima kekalahan apa adanya.

Image may be NSFW.
Clik here to view.

Menurut pelatih Manchester City, Mark Hughes, seharusnya pelatih bisa bersikap sama terhadap apapun raihan timnya. Menang, imbang dan kalah harus disikapi secara sama. Tentu ada kekesalan ketika gagal menang. Itu sikap yang wajar. Tetapi setidaknya anda tak boleh menolak berjabat tangan.

Apa yang dilakukan Wenger selepas Arsenal 0-3 kalah dari Manchester City di ajang Piala Carling hari Rabu (2/12) jelas bukan sesuatu yang bisa dibanggakan. Dia menolak uluran jabat tangan Hughes.

Semoga itu hanya ungkapan sesaat atas kekesalan Wenger lantaran timnya kalah. Tetapi seperti dibilang Hughes, berjabat tangan adalah hal minimal dan paling ringan untuk dilakukan. Demi sebuah respek.

Berdasarkan pengalaman, Wenger bukan pelatih yang tak punya kejantanan. Dia masih bisa memuji lawan ketika timnya kalah dan juga berjabat tangan. Namun reputasi seorang pelatih mudah sekali jatuh ketika membuat setitik kecil kesalahan yang sebenarnya juga kurang berarti — seperti jabat tangan itu.

Saya tak tahu apakah Wenger kemudian menolak pula ajakan Hughes untuk minum wine — sebuah tradisi dan budaya para pelatih di Inggris selepas bertanding.

Menuai kemenangan setiap saat adalah impian seluruh tim dan atlet. Bukan hanya di sepakbola, tetapi di seluruh cabang olahraga. Tidak hanya di olahraga, tapi juga di seluruh hajat kehidupan.

Masalahnya, semua hal punya keseimbangan. Selalu ada menang dan kalah. Tak selamanya setiap tim menang dan tak selamanya pula imbang atau kalah.

Itu sebabnya dibutuhkan pula mental yang sama untuk menyikapi kemenangan, imbang atau kalah. Menang bergembira, maka ketika hanya bisa seri dan kalah tak boleh ngambek berlebihan. Untuk kapasitas Wenger yang sudah senior, rasanya ini bukan hal berat untuk dilakukan.

© image: ESPA


Viewing all articles
Browse latest Browse all 6

Trending Articles